DATA COVID-19 INDONESIA

😷 Positif:

😊 Sembuh:

😭 Meninggal:

(Data: kawalcorona.com)

CERAMAH


CERAMAH

Ceramah bagi Anda sudah tidak asing lagi. Hampir setiap hari Anda  mendengarkan ceramah baik secara langsung di lingkungan sekolah, masyarakat, atau di rumah maupun melalui media elektronik, seperti televisi, radio, atau internet. Begitupun bila Anda menghadiri sebuah acara, pasti Anda akan mendengarkan ceramah, sambutan, atau khotbah.   
          Tentunya banyak manfaat dari ceramah, sambutan, atau khotbah yang Anda dengarkan, di samping memperoleh informasi pengetahuan dari isi ceramah, sambutan, atau khotbah tersebut. Anda juga dapat belajar tentang cara memberikan ceramah, sambutan, atau khotbah. Siapa tahu, suatu saat Anda diminta untuk memberikan ceramah, sambutan, atau khotbah.  
 Untuk memperoleh manfaat tersebut, Anda harus mendengarkan ceramah,  dengan saksama. Sekarang dengarkan  ceramah yang akan dibacakan oleh teman Anda dengan saksama! Sambil mendengarkan, catatlah pokok-pokok isi ceramah tersebut. Kemudian, tulislah pokok-pokok ceramah tersebut ke dalam beberapa kalimat yang efektif dan sampaikan isi ringkasannya secara lisan.

Bacalah teks ceramah  di bawah ini!
Bismilahirahmannirohim,
Assalamualaikum W.W.,

         Bapak kepala sekolah yang saya hormati, ibu-ibu guru, bapakpapak guru, serta staf tata usaha yang saya hormati, juga para siswa SMAN 24 Bandung yang saya banggakan.
    Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala, berkat rahmat dan hidayah-Nya,  hari ini kita dapat berkumpul untuk mengikuti  seminar “Santun Berbahasa”
   Hadirin yang berbahagia,
   Pemilihan kata-kata oleh masyarakat akhir-akhir ini cenderung semakin menurun  kesantunannya  dibandingkan dengan zaman saya dahulu ketika kanak-kanak. Hal tersebut tampak pada ungkapanungkapan banyak kalangan dalam menyatakan pendapat dan perasaannya, seperti ketika berdemonstrasi ataupun rapat-rapat umum. Kata-kata mereka kasar atau bertendensi menyerang. Tentu saja, hal itu sangat menggores hati yang menerimanya 
           Gejala yang sama terlihat pula pada penggunaan bahasa oleh para politisi kita, misalnya ketika melontarkan kritik terhadap kebijakan pemerintah. Tanggapan-tanggapan mereka terdengar pedas, vulgar, dan beberapa di antaranya cenderung provokatif. Padahal sebelumnya, pada zaman pemerintahan Orde Baru, pemakaian bahasa dibingkai secara santun lewat pemilihan kata yang dihaluskan maknanya
(eufemistis).
      Kita pun tentu gelisah sebagai orang tua. Kita sering menyaksikan kebiasaan berbahasa anak-anak dan para remaja yang kasar dengan dibumbui sebutan-sebutan antarsesama yang sangat miris untuk didengar.
     Fenomena tersebut menunjukkan adanya penurunan standar moral, agama, dan tata nilai yang berlaku dalam masyarakat itu. Ketidaksantunan berkaitan pula dengan rendahnya penghayatan masyarakat terhadap budayanya sebab kesantunan berbahasa itu tidak hanya berkaitan dengan ketepatan dalam pemilikan kata ataupun kalimat. Kesantunan itu berkaitan pula dengan adat pergaulan yang berlaku dalam masyarakat itu.
    Penyebab utamanya adalah perkembangan masyarakat yang sudah tidak menghiraukan perubahan nilai-nilai kesantunan dan tata krama dalam suatu masyarakat. Misalnya, kesantunan (tata krama) yang berlaku pada zaman kerajaan berbeda dengan yang berlangsung pada masa  kemerdekaan, dan pada masa kini. Kesantunan juga berkaitan dengan tempat: nilai-nilai kesantunan di kantor berbeda dengan di pasar, di terminal, dan di rumah.
   Pergaulan global dan pertukaran informasi juga membawa pengaruh pada pergeseran budaya, khususnya berkaitan dengan nilainilai kesantunan itu. Fenomena demikian menyebabkan para remaja dan anggota masyarakat lainnya gamang dalam berbahasa. Pada akhirnya mereka memiliki kaidah berbahasa yang mereka anggap bergengsi, tanpa mengindahkan kaidah bahasa yang sesungguhnya.
    Sejalan dengan perubahan waktu dan tantangan global, banyak hambatan dalam upaya pembelajaran tata krama berbahasa. Misalnya, tayangan televisi yang bertolak belakang dengan prinsip tata kehidupan dan tata krama orang Timur. Sementara itu, sekolah juga kurang memperhatikan kesantunan berbahasa dan lebih mengutamakan kualitas otak siswa dalam penguasaan iptek.
    Selain itu, kesantunan berbahasa sering pula diabaikan dalam lingkungan keluarga. Padahal, belajar bahasa sebaiknya dilaksanakan setiap hari agar anak dapat menghayati betul bahasa yang digunakannya. Anak belajar tata santun berbahasa mulai di lingkungan keluarga.
    Nilai-nilai kesantunan berbahasa dalam beragama juga merupakan salah satu kewajiban manusia yang bentuknya berupa perkataan yang lembut dan tidak menyakiti orang lain. Kesantunan dipadankan dengan konsepqaulan karima yang berarti ucapan yang lemah lembut, penuh dengan pemuliaan, penghargaan, pengagungan, dan penghormatan kepada orang lain. Berbahasa santun juga sama maknanya denganqaulan ma’rufa yang berarti berkata-kata yang sesuai dengan nilai-nilai yang diterima dalam masyarakat penutur.
        Oleh karena itu, pendidikan etika berbahasa memiliki peranan yang sangat penting. Pemerolehan pendidikan kesantunan berbahasa sangat diperlukan sebagai salah satu syariat dalam beragama. Dengan kesantunan, dapat tercipta harmonisasi pergaulan dengan lingkungan sekitar. 
        Penanaman kesantunan berbahasa juga sangat berpengaruh positif terhadap kematangan emosi seseorang. Semakin intens kesantunan berbahasa itu dapat ditanamkan, kematangan emosi itu akan semakin baik. Aktivitas berbahasa dengan emosi berkaitan erat. Kemarahan, kesenangan, kesedihan, dan sebagainya tercermin dalam kesantunan dan ketidaksantunan itu.
          Berbahasa santun seharusnya sudah menjadi suatu tradisi yang dimiliki oleh setiap orang sejak kecil. Anak perlu dibina dan dididik berbahasa santun. Apabila dibiarkan, tidak mustahil rasa kesantunan itu akan hilang sehingga anak itu kemudian menjadi orang yang arogan, kasar, dan kering dari nilai-nilai etika dan agama. Tentu saja, kondisi itu tidak diharapkan oleh orang tua dan masyarakat manapun.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga ceramah ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat menerapkan bahasa dengan santun. Mohon maaf apabila selama saya menyampaikan ceramah ini ada kata-kata yang tidak berkenan.
Billahitaufikwalhidayah Wassalamu’alaikum W.W.    

(Sumber: Buku Bahasa Indonesia Kelas XI, Edisi Revisi 2017. Hlm: 130,  dengan penyesuaian)
         Setelah Anda menyimak teks ceramah di atas, mungkin Anda akan mengatakan bahwa teks ceramah di atas sama seperti teks pidato. Pernyataan tersebut sebenarnya sesuai dengan perjelasan ceramah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia V yang menyatakan bahwa “ceramah adalah pidato oleh seseorang di hadapan banyak pendengar, mengenai suatu hal, pengetahuan, dan sebagainya.”

          Untuk lebih jelasnya, silakan Anda telaah pengertian, unsur-unsur, aspek kebahasaan dalam ceramah, isi  informasi aktual yang disajikan dalam ceramah, isi, struktur, dan kebahasaan dalam ceramah, bagian-bagian penting yang disajikan dalam ceramah, syarat-syarat berceramah dengan baik, metode ceramah, pokok-pokok isi ceramah, gaya atau langgam ceramah (pidato), dan  mengonstruksi teks ceramah di bawah ini!

1.      Pengertian Ceramah
 Ceramah merupakan penampilan diri seseorang di hadapaan pendengar untuk menyampaikan isi hati atau buah pikiran dengan rangkaian kata-kata serta harapan agar pendengar tergugah hati nuraninya dan tergerak pikirannya. Ceramah dapat disampaikan dalam situasi formal ataupun nonformal melalui rangkaian kata yang tersusun sistematis dengan bahasa lisan sebagai media utama yang bertujuan memberi pamahaman atau informasi kepada pendengar. Ceramah  harus disampaikan dengan rasa percaya diri untuk mempengaruhi pendengar agar mengikuti ajakan pembicara secara sukarela.
2.      Unsur-Unsur Ceramah
         Unsur-unsur ceramah pada dasarnya terdiri atas tiga bagian penting, yaitu bagian awal atau pengantar berisi: salam pembuka, ucapan puji sukur, ucapan penghormatan. Kedua, yaitu bagian utama ceramah terdiri atas pendahuluan, paparan isi, penutup . Ketiga, yaitu bagian akhir ceramah, berisi: ucapan terima kasih,  ucapan permohonan maaf, harapan-harapan, dan salam penutup.
3.      Aspek Kebahasaan dalam Teks Ceramah
        Ada beberapa aspek atau ciri kebahasaan dalam teks ceramah:
1.    Kalimat simpleks (tunggal) dan kalimat kompleks (majemuk)
2.    Kalimat deklaratif dan imperatif (persuasif/ajakan)
3.    Kata sapaan: orang kedua atau ketiga , terikat pada adat-istiadat setempat, kesantunan,  dan       situasi/kondisi percakapan 
·      nama diri (Endang, Tono, Tri) 
·      istilah kekerabatan (abang, bapak, ibu, ...) 
·      gelar kepangkatan, profesi
·      jabatan ( kapten, profesor, dokter, lurah) 
·      kata nama (nona, tuan, sayang)
·      kata nama pelaku (penonton, pendengar)
·      kata ganti persona kedua (anda)
Fungsi sosial:
Dengan mempelajari aspek kebahasaan dalam ceramah, diharapkan Anda mampu menghormati pendengar dan mengidentifikasi permasalahan aktual dalam kehidupan sehari-hari untuk disusun menjadi teks ceramah (pidato).
Bentuk penghormatan (honorific) berkenaan dengan urutan penyebutan dan penggunaan ungkapan penghormatan untuk orang tertentu.
Urutan penyapaan mencerminkan penghormatan secara berturut-turut.
Contoh;
            Bapak Kepala Sekolah yang saya hormati,
            Bapak dan Ibu Guru yang saya hormati,
            Teman-teman seperjuangan yang  saya cintai,
            Undangan yang berbahagia

Penggunaan kata ganti juga mencerminkan kesantunan berbicara, memberikan tingkat kesopanan, dan rasa hormat yang berbeda.
Contoh:
            Dia pergi lima menit yang lalu.
            Beliau pergi lima menit yang lalu.
            Mohon maaf Pak, mohon izin ke belakang.
            Mohon maaf Pak, mohon izin ke kamar kecil.
            Mohon maaf Pak, mohon izin ke toilet.
            Mohon maaf Pak, mohon izin ke WC.

Jenis Teks Ceramah:
1.       Informasi:
Ø    Tujuan:  menginformasikan, memberitahukan, menjelaskan
Ø  Pendengar: diperlukan keseriusan dan ketertiban karena perhatian terpusat pada pesan yang  akan disampaikan 9 Pembicara: berbicara jelas, sistematis, tepat.
Ø    Contoh: penyampaian kepala sekolah menjelang UN, pidato menteri

2.       Persuasi:
Ø     Tujuan: meyakinkan pendengar
Ø  Pembicara: dituntut memiliki keterampilan berbicara yang baik karena bertugas mengubah sikap pendengar (dari tidak setuju menjadi setuju) dan melandaskan pembicaraan berdasarkan pada argumentasi yang logis dan bertanggung jawab. 9 Contoh: pidato pemilihan ketua OSIS

3.       Aksi:
      Tujuan: menggerakkan, pencapaian tujuan bersama  Pembicara: berwibawa, tokoh/idola, panutan masyarakat Contoh: pidato Presiden Soekarno saat menggerakkan rakyat Indonesia  agar tetap semangat melawan penjajah

4.       Penggolongan Isi Ceramah (Pidato)
Berdasarkan pada isi ceramah (pidato), pidato dapat dibedakan menjadi:
A.     Pidato Pembukaan adalah pidato singkat yang dibawakan oleh pembaca acara  atau  mc.
B.     Pidato pengarahan adalah pidato untuk mengarahkan pada suatu pertemuan.
C.     Pidato sambutan, yaitu  pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang terbatas secara bergantian.
D.     Pidato peresmian  adalah pidato yang dilakukan oleh orang yang berpengaruh untuk meresmikan sesuatu.
E.     Pidato laporan, yakni pidato yang isinya adalah melaporkan suatu tugas atau kegiatan.
F.     Pidato pertanggungjawaban  adalah pidato yang berisi suatu laporan pertanggungjawaban.
G.    Pidato memorial, misalnya, pidato untuk menyambut Hari Kartini, Hari Kemerdekaan.
H.     Pidato perpisahan, misalnya, pidato perpisahan karena tamat sekolah, perpisahan karena pensiun, dan sebagainya.
I.        Pidato penerimaan hadiah, misalnya, piato penerimaan suatu medali kejuaraan olah raga.
J.      Pidato penyambutan tamu, misalnya, pidato penyambutan tamu kenegaraan.
K.     Pidato persembahan, misalnya, pidato penyerahan cindera mata kepada tamu.
L.      Pidato persuasif, misalnya, pidato kampanye partai politik.
M.    Pidato informatif, misalnya, pidato penyuluhan kepada ibu-ibu PKK.
N.     Pidato instruktif, misalnya, pidato tentang anjuran untuk membayar pajak.
O.    Pidato rekreatif, misalnya, pidato acara perkawinan, ulang tahun.
P.     Pidato kerohanian, misalnya, santapan rohani waktu acara halal bihalal, acara pengajian.
Q.    Pidato ilmiah, misalnya, pidato ilmiah dalam acara wisuda.

5.      Struktur Teks Ceramah
              Teks ceramah memiliki  struktur yang meliputi bagian pembuka, isi, dan penutup.
1.  Pembuka
Berupa pengenalan isu, masalah, ataupun pandangan pembicara tentang topik yang akan dibahasnya. Bagian ini sama dengan isi dalam teks eksposisi yang disebut dengan isu.
2.  Isi
  Berupa rangkaian argumen pembicara berkaitan dengan pendahuluan atau tesis. Pada bagian ini dikemukakan pula sejumlah fakta yangmemperkuat argumen argumen pembicara.
3.  Penutup
Berupa penegasan kembali atas pernyataan-pernyataan sebelumnya.

Berikut contoh analisis struktur teks ceramah dalam pengantar materi di atas.
Struktur Teks
Ceramah
Contoh Analisis
a. Pendahuluan

Pemilihan kata-kata oleh masyarakat akhir-akhir ini cenderung semakin menurun kesantunannya dibandingkan dengan zaman saya dahulu ketika kanak-kanak. Hal tersebut tampak pada ungkapanungkapan banyak kalangan dalam menyatakan pendapat dan perasaan-perasaannya, seperti ketika berdemonstrasi ataupun rapat-rapat umum. Kata-kata mereka kasar (sarkasme), menyerang, dan tentu saja hal itu sangat menggores hati yang menerimanya.
Bagian itu mengenalkan permasalahan utama (tesis), yakni tentang menurunnya kesantunan berbahasa masyarakat.
b. Isi (Rangkaian Argumen)

Fenomena tersebut menunjukkan adanya penurunan standar moral, agama, dan tata nilai yang berlaku dalam masyarakat itu. Ketidaksantunan berkaitan pula dengan rendahnya penghayatan masyarakat terhadap budayanya sebab kesantunan berbahasa itu tidak hanya berkaitan dengan ketepatan dalam pemilikan kata ataupun kalimat. Kesantunan itu berkaitan pula dengan adat pergaulan yang berlaku dalam masyarakat itu.
Teks tersebut merupakan salah satu bagian dari argumen pembicara
c. Penutup
Berbahasa santun seharusnya sudah menjadi suatu tradisi yang dimiliki oleh setiap orang sejak kecil. Anak perlu dibina dan dididik berbahasa santun. Apabila dibiarkan, tidak mustahil rasa kesantunan itu akan hilang sehingga anak itu kemudian menjadi orang yang arogan, kasar, dan kering dari nilai-nilai etika dan agama. Tentu saja, kondisi itu tidak diharapkan oleh orang tua dan masyarakat manapun
Bagian tersebut merupakan suatu simpulan, sebagai hasil penalaran dari penjelasan sebelumnya. Hal ini ditandai oleh kata-kata yang berupa saran-saran yang disertai pula sejumlah alasan.

6.      Menyusun Bagian-Bagian Penting dari Permasalahan Aktual sebagai Bahan untuk Disajikan dalam Ceramah
            Pada pembahasan ini Anda diarahkan untuk menentukan aspek-aspek yang akan disunting dalam teks ceramah. Adapun langkah-langkah penyusunannya  yaitu: menentukan topik dan tujuan, menyusun kerangka ceramah, menyusun teks ceramah berdasarkan kerangka dengan menggunakan kalimat yang mudah dipahami, dan menyunting teks ceramah.

1.  Menentukan Topik

Beberapa topik yang dapat dijadikan bahan ceramah adalah  pengalaman pribadi, hobi dan keterampilan, pengalaman dalam  pekerjaan, pelajaran sekolah atau kuliah, pendapat pribadi, peristiwa hangat dan pembicaraan publik, masalah keagamaan, problem pribadi, biografi tokoh terkenal, dan minat khalayak.
2.  Merumuskan Tujuan Ceramah
Ada dua macam tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
a. Tujuan umum ceramah biasanya dirumuskan dalam tiga hal yaitu memberitahukan (informatif), memengaruhi (persuasif), dan  menghibur (rekreatif).
1)       Ceramah informatif, ditujukan untuk menambah pengetahuan pendengar. Misalnya, ceramah tentang peranan para pelajar  pada masa perang kemerdekaan, posisi Indonesia di kancah  internasional.
2)       Ceramah persuasif, ditujukan agar pendengar mempercayai,     menyetujui, atau bahkan mengikuti ajakan pembicara.         Misalnya, ceramah tentang cara-cara hidup sehat dan        menjaga kesehatan lingkungan.
3)       Ceramah rekreatif, ditujukan agar pendengar merasa terhibur.       Oleh karena itu, ceramah ini banyak diwarnai oleh humor,       anekdot, ataupun guyonan-guyonan yang memancing tertawa       pendengar.
   b. Tujuan khusus ialah tujuan yang merupakan rincian dari tujuan   umum. Tujuan umum     lebih informasional, lebih jelas, dan terukur dalam pencapaiannya.
       Berikut contoh hubungan topik, tujuan umum, dan tujuan khusus.
Topik               : Keragaman budaya daerah
Tujuan umum  : Informatif (memberi tahu)
Tujuan khusus : Pendengar mengetahui bahwa:
1)  Setiap daerah memiliki budaya yang khas;
2)  Dalam budaya daerah terdapat nilai-nilai kehidupan yang bisa kita petik.
Topik                 : Manfaat penghijauan
Tujuan umum   : Persuasif (mengajak)
Tujuan khusus  : 1) Pendengar memperoleh keyakinan tentang manfaat penghijauan.
     2) Pendengar mau mengikuti program penghijauan dengan baik.
      3. Menyusun Kerangka Ceramah  
 Kerangka ceramah merupakan rencana yang memuat garis-garis  besar materi yang akan diceramahkan. Kerangka ceramah bermanfaat dalam memudahkan penyusunan karangan sehingga karangan menjadi lebih sistematis dan teratur, menghindari timbulnya pengulangan pembahasan, serta membantu pengumpulan data dan sumber-sumber yang diperlukan.
  Kerangka ceramah yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a.    Ceramah meliputi tiga bagian pokok, yaitu pengantar, isi, dan  penutup.
b.    Maksud ceramah diungkapkan dengan jelas.
c.     Setiap bagian dalam kerangka ceramah hanya memiliki satu gagasan.
d.    Bagian-bagian dalam kerangka ceramah harus tersusun secara  logis.
4. Menyusun Ceramah Berdasarkan Kerangka
     Langkah berikutnya adalah mengembangkan kerangka menjadi naskah ceramah yang utuh dan lengkap. Namun bersamaan dengan itu, perlu dilakukan pemahaman dan pengahayatan terhadap bahan-bahan yang ada, yakni dengan jalan:
a.       mengkaji bahan secara kritis,
b.       meninjau kelayakan bahan dengan khalayak (audiensi),
c.       meninjau bahan yang kemungkinan menimbulkan pro dan kontra,
d.       menyusun sistematika bahan ceramah, dan
e.       menguasai bahan ceramah berdasarkan jalan pikiran yang logis. 


Untuk lebih jelas, Anda dapat melakukan tahapan penulisan ceramah beriku ini.
1.     Membatasi subjek   mencocokkan waktu yang tersedia, menjaga kesatuan dan kepaduan ceramah,
2.     Menyusun ide pokok menurut tahapan urutan alur dasar ceramah x perhatian, kebutuhan, kepuasan, dan lain-lain.
  menurut salah satu pola pengembangan organisasi teks ceramah, pendapat, alasan, bukti, contoh,  perbandingan, ilustrasi, anekdot, humor, dan lain-lain.
3.     Memasukkan dan menyusun submateri yang berhubungan di setiap pokok,
4.     Mengisi materi  pendukung yang memperkuat atau membuktikan ide.
5.     Memeriksa draf kasar, untuk meyakinkan bahwa subjek telah cukup terekam dan mencerminkan tujuan ceramah.

7.  Syarat-Syarat  Berceramah (Berpidato)
 Agar seseorang memiliki kemampuan yang memadai dalam hal ceramah (pidato), orang tersebut harus berpengetahuan luas,  berkepribadian baik,   jujur dan ikhlas, bijaksana dan sopan santun,  punya keberanian moral, kaya dengan perbendaharaan kata, berpikir kritis,  meyakini dan menguasai tema pembicaraan, mengenal dan memahami karakteristik audiens,  percaya diri,  bersikap menarik, dan  bertanggung jawab.
Selain itu, sebelum memberikan pidato di depan umum, ada baiknya untuk melakukan persiapan berikut ini:
Ø  Mengenal wawasan pendengar pidato secara umum
Ø  Mengetahui lama waktu atau durasi pidato yang akan dibawakan
Ø  Menyusun kata-kata yang mudah dipahami dan dimengerti.
Ø  Mengetahui jenis pidato dan tema acara.
Ø  Menyiapkan bahan-bahan dan perlengkapan pidato, dan sebagainya.

8.  Metode Berceramah (Berpidato)
Menurut ada tidaknya persiapan sesuai dengan cara yang dilakukan waktu persiapan, ada berbagai metode pidato:
      a.  Impromptu (Serta Merta/spontan)
Metode impromptu/spontan, yaitu metode berpidato dengan berpidato secara spontan baik dari segi isi maupun bahasa berdasarkan situasi dan kondisi tertentu, misalnya, berpidato sesuai dengan keadaan tempat, keadaan pendengar, waktu, topik, dan hajat pada waktu ia berpidato. Pidato jenis ini bisa juga terjadi,  apabila Anda menghadiri pesta, tiba-tiba dipanggil untuk menyampaikan pidato.
Metode impromptu/spontan dilakukan secara spontan,serta merta dan tanpa persiapan sama sekali. Ketika ada sebuah acara/hajatan, tamu undangan sudah mulai datang dan acara akan segera dimulai, MC pun mulai membacakan susunan acara, dan mempersilakan salah satu pihak tuan rumah yang ditunjuk untuk berpidato. Namun, ketika dipanggil orang yang ditunjuk ternyata tidak dapat hadir karena ada sesuatu yang mendesak dan tidak dapat diwakilkan sehingga harus ada orang lain yang menggantikannya untuk menyampaikan pidato. Dalam situasi seperti inilah metode impromptu digunakan.
Keuntungan berpidato impromptu/spontan dapat Lebih mengungkapkan perasaan pembicara, gagasan datang secara spontan memungkinkan pembicara terus berpikir.
Kerugian berpidato impromptu/spontan dapat menimbulkan kesimpulan yang mentah mengakibatkan penyampaian tidak lancar, gagasan yang disampaikan ngawur, dan demam panggung. 
b. Manuskrip
Manuskrip atau pidato dengan naskah, yaitu metode berpidato dengan membaca naskah pidato, misalnya, dilakukan dalam pidato-pidato resmi. Pidato jenis ini tidak berlaku istilah ‘menyampaikan pidato’, tetapi ‘membacakan pidato’. Manuskrip dibutuhkan dalam pidato kenegaraan atau oleh tokoh nasional untuk menghindari kesalahan isi materi yang disampaikan sebab kesalahan sedikit saja dapat menimbulkan kekacauan nasional.
Pidato menggunakan naskah dapat kita lihat dalam acara seremonial atau acara-acara resmi lainnya. Jika dibandingkan dengan metode pidato impromptu,ekstemporan dan menghafal. Metode menggunakan naskah merupakan metode yang paling lengkap dan sistematis karena isi pidato telah disusun dan direncanakan dengan baik sebelum dibacakan. Namun demikian, masih ada saja kekurangan dari metode pidato ini, diantarnya, yaitu interaksi antara orang yang berpidato dengan pendengar  kurang, terkesan kaku, dan membosankan karena pembicara lebih terpaku pada naskah.
Keuntungan menggunakan metode manuskrip, yaitu kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya, pernyataan dapat dihemat, kefasihan berbicaranya dapat dicapai, tidak ngawur, naskah manuskrip dapat diperbanyak.
 Kerugian menggunakan metode manuskrip, yaitu komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara tidak berbicara langsung pada audien. Pembicara tidak dapat melihat pendengar dengan baik dan pembuatan naskahnya lebih lama.  
c. Memoriter  
Metode memoriter atau menghafal, yaitu metode berpidato dengan menghafal isi atau materi pidato lebih dahulu, kemudian menyampaikan isi pidato tersebut tanpa sebuah naskah. Pidato ditulis kemudian diingat kata demi kata.
Pidato menggunakan metode memoriter atau menghafal disampaikan secara keselurahan berdasarkan teks/naskah yang telah dihafalkan sebelumnya. Apabila pidato yang dihafal panjang dan topik yang dibahas merupakan topik yang tidak  dikuasai pembicara, pembicara harus pintar berimprovisasi agar pidato tidak tersendat.
Keuntungan metode memoriter, yaitu kata-kata dapat dipilih sebaikbaiknya sesuai dengan gerak dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian.   Kerugian metode memoriter, yaitu komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara beralih pada usaha untuk mengingat kata-kata memerlukan banyak waktu. 
d. Ekstemporan  
Metode ekstemporan atau catatan kecil, yaitu metode berpidato dengan membawa dan melihat butir-butir pokok isi pidato dalam lembar cerita catatan, lalu menyampaikan isi catatan itu kepada pendengar dengan ilustrasi bahasa secara spontanitas. pidato sudah dipersiapkan sebelumnya berupa garis besar dan pokok penunjang pembahasan (supporting points), tetapi pembicara tidak berusaha mengingatnya kata demi kata.
Pidato ekstemporan dilakukan dengan mempersiapkan konsep berupa pokok-pokok/garis besar pidato. Untuk menggunakan metode ini, hendaknya pembicara telah menguasai materi dengan baik, sehingga pada saat akan menyampaikannya, garis-garis besar pidato yang telah ada tadi dapat dengan mudah dijabarkan satu-persatu.
Keuntungan metode ekstemporan, yaitu komunikasi pembicara dengan pendengar lebih baik dan pesan dapat fleksibel.
Kerugian metode ekstemporan, yaitu kemungkinan menyimpang dari garis besar kefasihan yang terhambat karena kesukaran memilih kata-kata. 
Seseorang akan mahir pidato jika ia benar-benar mau belajar dengan sungguh-sungguh. Cara belajar pidato tersebut dapat ditempuh dengan membaca buku-buku retorik (ilmu yang mempelajari masalah tutur secara efektif) dan buku-buku pengetahuan umum lain. Selain itu, mereka harus sering berlatih pidato  karena dangan cara “trial and error”, seseorang akan makin matang penglamannya. Begitu pula seorang yang akan tampil berpidato harus benar-benar siap terhadap materi pembicaraan dan siap pula dari segi fisik maupun mental sehingga diharapkan dalam penampilan pidato  tidak menemukan  hambatan-hambatan.
 Di dalam mempersiapkan penampilan pidato, seseorang dapat membuat naskah pidato dengan menggunakan metode impromptu, pembuatan naskah tak perlu dilakukan karena materi pembicaraan sudah dipersiapkan dalam benak pembicara lewat belajar secara bertahun-tahun dengan membaca buku dan belajar dari pengalaman hidup. Ilmu dan pengalamannya ini akan dipidatokan sesuai dengan situasi pada waktu ia berpidato. Agar pembicara tak lupa dengan materi pembicaan, biasanya pembicaraan membawa catatan kecil untuk dilihat sewaktu-waktu ia membutuhkan.

9. Pokok-Pokok Isi Ceramah (Pidato)
Pokok-pokok isi sambutan/ khotbah, yaitu hal-hal utama atau penting yang   terdapat dalam uraian materi sambutan/ khotbah yang disampaikan.
Pokok-pokok isi pidato harus disampaikan dengan susunan yang  istematis. Pokok-pokok isi pidato tersebut sebagai berikut. 
Ø Pembukaan dengan salam pembuka 
Ø Pendahuluan yang sedikit menggambarkan isi
Ø Isi atau materi pidato secara sistematis : maksud, tujuan, sasaran, rencana, langkah, dll.
Ø Penutup (kesimpulan, saran dan harapan, pesan, salam penutup, dll)

Posting Komentar

0 Komentar